Sabtu, 16 Agustus 2008

Kematian? Masih ingatkah kita padanya?

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun,, tlah berpulang ke rahmatullah sahabat kita Raden Muhammad Magribi Akbar, td sore, dst...

SMS dari Nadia, Iin juga Dania.

Kalau bukan 3 orang ini yang memberi tauku. Aku pasti akan mengira ini berita bercanda. Aku syok!!! Termenung hampir setengah jam. Akhirnya kuputuskan untuk penelpon Laras. Karena ketiganya tak bisa tak bisa ku hubungi. Bibirku bergetar. Masih syok.

"Dapet kabar nggak?"

"Kabar.... Akbar?"

"Beneran itu teh?"

"Beneran Aina!"

"Bohong!"

"Beneran!"

"Kenapa sih? Kecelakaan?"

"Laras juga nggak tau."

Seorang Laras pun aku konfirmasi perkataannya. Aku sungguh tak mau percaya. Aku kembali menelpon temanku. Akhwat yang kupikir cukup dekat dengannya.

"Ci, kenapa sih emangnya? Kecelakaan?"

"Dia emang sakitnya udah lama, dari kecil githu. Cuman parahnya tuh emang baru dari dia kuliah. Sok geura waktu SMA khan dia terlihat baik-baik saja. Cuman Eci emang udah tau dari SMA. Januari kemaren aja katanya udah sampe peradangan kaki githu deh."

Really?

Aku masih belum mau percaya. Aku termenung kembali. Kanget, rewas, syok dan tak mau percaya.

Padahal baru beberapa hari yang lalu aku bertanya-tanya tentang keberadaan temanku ini. Ku kunjungi fs nya... n kupikir dia baik-baik saja. Raden Muhammad Maghribi Akbar. Rasanya baru kemarin aku mengetik namanya di proposal Idul Adha hampir 4 tahun yang lalu. Aku kehabisan kata kalau di"piwarang" -bercerita tentang sosoknya. Masih terngiang-ngiang percakapan terakhirku dengannya. Waktu itu hari pertama spmb. Aku berpapasan dengannya di depan gedung sma 3. Dia menyapaku, "Assalamu'alaikum, Aina. Ngapain ke sekolah?" ,, Memang hal yang cukup aneh,, datang ke sekolah pasca spmb hari pertama. Biasanya khan ke bimbel nyocokin jawaban. Tapi, kala itu aku tak tau bagaimana caranya pulang ke rumah dari sma 2, tempatku ujian. Yang ku tau hanya jalur dari 2 ke 3 dan dari 3 ke rumah. Lagi pula hari itu adalah hari ke3 pasca kepulanganku dari rumah sakit. Tentu saja, aku tak mau ambil resiko nyasar. Aku katakan saja alasanku yang sejujurnya. Dan dia hanya tersenyum, "Oh, githu. Ya udah atuh. Assalamu'alaikum." Aku pergi setelah menjawab salamnya.

Siapa sangka itulah komunikasi terakhirku dengannya. Memang sudah satu tahun yang lalu. Tetap saja, saat itu aku tak menyangka bahwa itu komunikasiku yang terakhir dengannya. Memang ada yang aneh. Aku sangat jarang sekali berkomunikasi dengan ikhwan. Tapi entah kenapa saat itu. Dia menyapaku terlebih dahulu. Sungguh di luar kebiasaan. Biasanya orang baru menyapaku bila aku tak sendiri. Dan itu pun terlebih dahulu menyapa teman yang bersamaku. Mungkin DIA ingin kawanku ini tinggalkan kesan khusus pada setiap individu. Ah, betapa DIA sayang pada temanku ini. Kuingat lagi pengalamanku dengannya. Sama sekali tak ada yang tak mengenakan. Betapa memang Allah Mahaadil. Orang baik, pastilah ditutupi aib-aibnya.

Hidup. Untuk apa kita hidup? Untuk mensyukurinya dengan terus berusaha agar diri ini berikan yang terbaik untukNya. Bukan untuk siapa-siapa. Pada akhirnya itu akan berbalik untuk diri kita sendiri. Aku jadi bertanya pada diriku sendiri. APA KESAN YANG TLAH KAU TINGGALKAN UNTUK SAHABAT-SAHABATMU? Ku pikir mereka harus berhusnudzan ekstra padaku. Agar aku terkesan seakan-akan adalah orang yang baik.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

teh... bukannya chi bersikap ga sopan menggunakan komen untuk sarana...
tapi sungguh, chi butuh ngomong untuk kebaikan teteh, untuk kemaslahatan blog teteh yang isinya bagus...
"jangan lupa bawa duit bwt bayar jaket"